“Aslinya, Saya Nggak Begitu!”
Evelina Setiawan (www.evelinasetiawan.com) enggan disebut selebriti. Namun kehadiran wanita cantik ini di 8 stasiun televisi Indonesia membuatnya dikenal masyarakat.
“Bahkan, lebih beken dari selebritis,” seloroh Miranda, rekan satu profesi Evelina di Agung Sedayu Group. Evelina pun tertawa lepas.
Di sela-sela syuting dan jadual pekerjaan yang sangat padat, Evelina berbagi cerita. Tentang hidupnya yang mengalir apa adanya, dan impiannya yang saat ini sedang ia jalani.
Tetap Cinta Arsitek
“Saya sendiri tidak berawal dari marketing,” kata Evelina.
Namun, di perusahaan property Agung Sedayu Group, Evelina menduduki posisi atas sebagai Corp Marketing Development Director. Kalaupun ia harus menjalani profesi sebagai seorang marketing, “itu sebuah kebetulan,” katanya lagi, sambil tertawa.
Evelina menyelesaikan studi S1 di jurusan Teknik Arsitek Universitas Tarumanegara. Di kampus yang sama, ia mengambil program S2 untuk jurusan Teknik Sipil.
“Dari oroknya, dua-duanya bersentuhan dengan bangunan. Karena, arsitek lebih banyak mimpinya, dan sipil lebih banyak realisasinya, mimpi kita ini jadinya kayak apa,” ujar Lulusan Universitas Tarumanegara.
Lepas kuliah, anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Rusli Setiawan dan Indrawati Pangestu ini mulai memasuki dunia properti. Evelina tak sungkan turun langsung ke lapangan.
“15 tahun saya di properti, sejak tahun 92. Baru tahun 2000 saya masuk Agung Sedayu Group dan mengerjakan proyek pertama Dharmawangsa Squre,” terang Evelina
Bergabung di Agung Sedayu Group menjadi pengalaman tersendiri bagi Evelina. Ia tak hanya bersinggungan dengan pekerjaannya, dunia lain pun akihirnya juga ikut ia rambah.
“Karena terlibat langsung dalam konsep, dan kalau ketemu klien mereka butuh penjelasan detail, maka saya dapat tugas untuk menjelaskan konsepnya. Dan kebetulan lagi saya perempuan, jadi mungkin lebih fleksibel,” ujar Evelina.
“Jadi, sebenarnya marketing bukan tujuan awal saya. Saya tetap cinta arsitek. Jiwa saya ya di arsitek. Kebetulan tim saya semuanya arsitek.
Ora Et Labora
Evelina sadar, ia punya tangungjawab yang besar.
Dipercaya sebagai Marketing Development, “jadi, kerjaan saya ini men-develop suatu karya hingga terwujud. Karena saya terlibat dari awal, akhirnya saya ikut terlibat di bidang marketing,” ujar wanita kelahiran Jakarta, 8 November 1969
Kini Agung Sedayu Group memiliki 15 proyek besar yang tersebar di wilayah Jakarta dan sekitarnya. Sebagian besar merupakan proyek rumah tinggal, apartemen, dan rumah toko (ruko).
“Pekerjaan kita sangat berat. Makanya, kita sudah terbiasa kerja dari pagi sampai malam. Kadang kita juga suka lupa makan. Kalau orang motonya ora et labora, bekerja sambil berdoa. Kita ya bekerja, ya berdoa, ya makan jadi satu,” ujar Evelina yang sesekali meluangkan waktu untuk mendengarkan musik.
Ditanya jumlah tim kerjanya, Evelina tersenyum. “Saya punya tim ratusan. Marketing Development sendiri punya 3 divisi, yaitu marketing development dalam arti bidangnya anak anak arsitek, marketing promotion yang bikin brosur dan sebagainya, dan sales marketing yang khusus bertugas berjualan. Di sales-nya sendiri ada 300-400 orang, karena 1 proyek ada 60-an orang dan kita punya 15 proyek. Di marketing promotion ada tim 50 orang. Belum lagi di development, timnya juga banyak.”
Kesibukan Evelina pun kian bertambah, apalagi ia selalu turun langsung ke lapangan.
“Seperti kemarin, saya dan tim belanja barang untuk properti ke Singapura, sama teman-teman arsitek dari marketing development. Terus, saya juga harus ikut ke Cina lihat pameran bersama tim promotion. Saya juga harus ikut ke Atlanta dengan para member, bersama tim sales marketing. Yah, jadinya jalan kemana-mana,” ujar Evelina, sambil tersenyum senang.
Syuting Paket Cepat
Nama Evelina mulai dikenal, sejak wajah cantiknya mulai menghiasi 8 stasiun televisi Indonesia. Evelia, ditemani Fenny Rose, menjadi host di tayangan properti milik Agung Sedayu Group.
“Sebenarnya, sejak November 2004 kita sudah ada di satu televisi. Saya ingat sekali, kita keluar di televisi di akhir tahun, pas saya lagi di luar kota, jadi saya pas nggak lihat televisi,” ucap istri Andreas A. Idarto.
Awalnya, Evelina muncul ditemani dua rekan kerja dari bidang sales dan promotion.
“Lama-lama kita evaluasi, kalau kita keluar bertiga, ngomongnya suka berulang-ulang. Seperti misalnya si A ngomong one stop living, si B juga akan ngomong seperti itu. Akhirnya, kita sepakat, satu orang saja yang keluar tapi ngomong seluruhnya, dihabisin,” jelas Evelina.
Namun, Evelina cukup kaget ketika menejemen memilihnya menjadi host. Ia merasa, dunia layar kaca, bukan dunianya.
“Kalau saya pribadi, saya tetap merasa itu bukan dunia saya. Ini sebagian dari tugas kantor, bahwa saya memang harus tampil. Kita harus membuat senang di depan televisi. Tapi, saya yakin ini akan jadi satu tren. Kalau sudah habis, ya saya akan ke habitat saya lagi,” ujar Evelina.
Setiap minggu, Evelina terikat jadwal syuting, minimal sekali. Kalau kepepet, lanjut Evelina, seminggu bisa 2 kali syuting.
“Tapi, kita satu hari bisa syuting untuk 5 proyek. Misalnya, kayak kemarin ke singapura, kita bikin 5 film. Waktu itu kita kasih lihat taman yang bagus, dan ambilnya di singapura. Kebetulan kita ada proyek baru, Kemang Mansion kerjasama dengan Singapura,” kata Evelina.
“Saya ini orangnya, pinginnya cepat. Kalau orang lain syuting berminggu-minggu, saya setengah hari sudah selesai,” lanjutnya, tersenyum senang.
Kostum Sekali Pakai
Evelina mengakui, banyak hal yang ia pelajari setelah terjun langsung ke dunia layar kaca. Contoh sederhana, kata Evelina, ia harus menguasai banyak kosa kata. “Nggak boleh ‘Betawi’ banget,” ucap Evelina, sambil tertawa lepas.
Kata Evelina, “kalau Cinta Laura (aktris muda blasteran Indonesia-Jerman) aksennya suka ditiru orang, nah kalau saya, ada omongan saya yang anak-anak itu sudah tahu, yaitu suka bilang ‘betul-betul’. Kata mereka, ‘gila, Ibu banget’.”
“Kita memang dikasih script, tapi kalau sudah di lapangan omongannya suka lain. Untungnya, karena saya terlibat dari awal, jadi walaupun bahasa agak lain, tapi maksudnya akan tetap sama. Kita tahu apa yang kita akan sampaikan. Bahkan, Kadang saya suka nawar,” ujar Evelina, sambil tertawa kecil.
Evelina merasa beruntung pernah menimba ilmu di bidang arsitek.
“Makanya kalau putri saya besar, mudah-mudahan jadi arsitek. Kita kuliah 4,5 tahun. Nah, setiap semester, kita penuh dengan presentasi tugas-tugas yang kita buat. Jadi walaupun hanya dalam scope kecil, rata-rata mahasiswa arsitektur sudah terbiasa presentasi. Jadi saya tidak aneh lagi dengan dunia sekarang ini,” ujar ibu satu putri, Anastasia.
“Cuma, saya juga bukan orang yang biasa di depan kamera. Tidak biasa dengan penampilan. Apakagi saya ini juga orang apa adanya,” lanjut Evelina.
Beruntung, Evelina memiliki orang-orang dekat yang peduli dengan penampilannya.
“Siapapun yang merias saya, saya pasrah saja. Kadang mereka bilang, ‘bu pakai jepit ya?’. Kalau oke, nggak masalah. Atau di blush on biar nggak pucat, ya saya ikut saja” kata Evelina, tersenyum.
Lain lagi dengan urusan kostum. Kalaupun ditanya, Evelina lebih menyukai memakai busana warna gelap atu warna putih. “Tapi, sama kameraman-nya, saya suka dinasehati jangan pakai baju warna ini dan itu, katanya nggak bagus. Nah saya jadi ngerti. Atau kalau keseringan pakai baju warna hitam, nanti dikira saya nggak ganti-ganti,” kata Evelina sambil tertawa kecil.
“Tuntutan mereka juga harus saya ikuti. Katanya, kalau sudah pakai baju A, besok saya tidak boleh syuting pakai baju itu lagi. Harus ganti. Jadilah saya tambah satu kegiatan lagi, yaitu belanja property untuk diri sendiri. Kalau sudah begitu, sekali belanja, saya suka sekaligus beli 6 sampai 10 baju,” ujar Evelina, sambil geleng-geleng kepala. Artikel dari www.mycita.multiply.com Photo dari www.evelinasetiawan.com
a